Home » » Berhias dengan Akhlak Karimah

Berhias dengan Akhlak Karimah

Written By Nazeeh Masyhudi on Rabu, 04 April 2012 | Rabu, April 04, 2012

             Setiap diri pasti mempunyai idola dalam hidupnya. Orang yang terpikat dengan sosok idola, lebih banyak akan meniru gaya hidupnya; bahkan foto dan poster sang idola di pajang di dalam kamarnya. Begitu bangga jika sang idola yang ia gandrungi dekat denganya. Ia buru tanda tangan dan berusaha agar dapat berfoto bersamanya. Gaya pakaian tak luput di jadikan gaya hidupnya. Yang paling parah lagi, jika ia mengikuti keyakinan dan kepercayaan sang idola. Idola itu ada yang menjerumuskan dan ada pula yang menyelamatkan. Kehati-hatian dalam memilih idola dapat memilih idola yang tepat.


             Sejatinya bagi orang muslim dapat menemukan sosok yang paling sempurna, yaitu baginda Rasulullah saw. Pada diri beliau terdapat keteladanan yang luhur yang dapat menghantarkan pada rahmat dan ridha Allah. Beliau adalah sosok yang paling sempurna akhlaknya. Hingga Allah berfirman dalam surat al-qolam ayat 4:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ.
“Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS.Al-Qolam:4).

             Siapa pun orangnya, baik pejabat, rakyat biasa, seorang ayah, suami, seorang ibu, guru, pengusaha, negarawan, pemimpin masyarakat dapat mendapatkan rahmat dan ridha Allah, jika menteladani diri Rasulullah saw. Beliau penghulu para nabi dan rasul. Rasul yang paling mulia dan agung. Akhlak dan amal beliau adalah realisasi nilai-nilai al-qur’an. Semua butiran-butiran kata yang terucap dan perbuatannya mengandung banyak hikmah dan faidah. Hingga perkataan dan perbuatannya tidak di batasi oleh ruang dan waktu. Kehalusan dan kelembutan tutur kata dan perbuatan beliau terpancar dari al-qur’an. Hingga istri beliau Siti Aisyah pernah berkata, bahwa: “Kana khuluquhul qur’an.”, bahwa “Akhlak Rasulullah ialah al-qur’an”. Yang dimaksud dengan akhlak al-qur’an adalah bahwa Rasulullah selalu berpegang pada adab, perintah-perintah, larangan-larangan, dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam al-qur’an. Jadi pribadi dan sepak terjang Rasulullah adalah manifestasi dan realisasi dari ajaran-ajaran al-qur’an.

            Imam Ali bin Abi Thalib pernah berkata tentang diri Rasulullah saw: “Barang siapa memandangnya sepintas lalu, akan merasa enggan kepadanya (sebab kewibawan beliau), tetapi barang siapa telah bergaul baik-baik dengannya, akan timbul cinta kepadanya”.

             Rasulullah saw di utus oleh Allah ke muka bumi itu hanya untuk menyempurnakkan akhlak karimah. Rasulullah saw diberikan mu’jizat yang agung berupa al-qur’an sebagai pedoman hidup manusia, supaya beliau menyeru manusia untuk mengimani rukun iman dan menunaikan rukun islam secara kaffah, tidak lain dan tidak bukan, kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang karimah. Mengapa dalam hadits di atas kata “akhlak” di sifati dengan kata “karimah“? Ini menunjukkan bahwa kemuliaan itu erat kaitannya dengan akhlak mulia. Kemuliaan itu tidak disebabkan karena ketampanan, kekayaan, kedudukan, tetapi kemuliaan itu disebabkan oleh akhlak mulia. Meskipun seseorang itu miskin, tak punya apa-apa, tak berkedudukan, jika ia berakhlak mulia, niscaya ia akan memiliki kemuliaan. Jika ada seorang pejabat, konglomerat, uangnya banyak, mobilnya mewah, rumahnya seperti istana, ia dimulyakan orang sebab harta dan kedudukannya, maka kemuliaannya adalah semu. Kemulyaan yang disebabkan oleh harta benda atau kedudukan adalah kemuliaan yang sifatnya semu. Jika hartanya habis, kedudukannya berakhir, dan tanda tangannya tidak laku, maka lenyap sudah kemulyaannya. Orang tidak akan memandang ketampanannya, kekayaannya, kedudukannya, melainkan orang itu melihat pada akhlaknya. Karena itu, kemulyaan itu sangat erat dengan akhlak karimah. Kerusakan-kerusakan yang terjadi, musibah dan bencana yang tak kunjung berhenti, penyebabnya adalah bobroknya akhlak.

Mengapa terjadi kecelakan kereta api? Itu karena ada orang yang akhlaknya rusak. Bukan salah masinis atau kesalahan penjadwalan kereta. Sebab, masinis telah bertahun-tahun mengemudikan kereta api dan penjadwalan sudah di atur sejak lama. Kecelakaan itu terjadi akibat ada orang yang tidak bermoral, karena terhimpit kebutuhan ia lepas baut pengikat rel kereta untuk di jual. Kesalahan satu orang yang tidak berakhlak mulia merugikan banyak orang. Percekcokan dalam rumah tangga, juga dipicu oleh akhlak yang jelek. Jika suami yang ditanya mengapa terjadi percekcokan, niscaya ia akan menyalahkan istrinya. Jika istri yang di tanya, niscaya ia akan menyalahkan suaminya. Intinya, sebab akhlak jelek kewajiban tidak dijalankan, maka terjadilah percekcokan. Demikian pula dengan berbagai masalah yang terjadi itu akibat dari akhlak yang buruk. Karena itu, pantaslah Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia, agar hidup menjadi damai dan tentram serta terhindar dari kekalutan dan permasalahan.

Berakhlak karimah itu hanya berlaku bagi manusia, bukan untuk hewan atau tumbuhan. Karena itu, saat pohon kelapa tumbang menimpa masjid, tidak ada undang-undang yang akan menghukum pohon kelapa itu. Demikian juga, misalkan ada seekor sapi betina berjalan kelihatan pahanya, maka ia tidak perlu dinasehati. Sebab, akhlak hanya berlaku dan untuk manusia saja.

Berhias dengan akhlak mulia pertanda imannya sempurna. Sebab, di antara kesempurnaan iman adalah kesempurnaan akhlak. Sebagaimana yang telah di sabdakan oleh Rasulullah saw:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا.
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud).
Seorang muslim yang baik, tentu saja ia akan berusaha untuk menghias diri dengan akhlak karimah dengan mensuritauladani Rasulullah dalam kehidupan. Ia berbicara pada saat dan tempat yang tepat dan ucapannya sarat dengan hikmah. Kata-katanya mengandung kelembutan, kebenaran, seruan, ide, gagasan, zikir, solusi, dan ilmu yang menyejukan hati orang yang mendengarnya. Ia lebih banyak diam dari pada banyak berbicara tetapi banyak kesalahan. Pandangannya tertunduk dari pandangan yang haram. Ia murah senyum tulus ketika bertemu dengan siapa pun. Ia hindari perkataan dan sikap yang mengandung kesombongan. Ketika berbicara ia jauhi perkataan kotor dan mencaci orang. Ia sedikit berbicara, tetapi banyak bekerja. Amal dan pekerjaannya jauh dari pamrih. Tawadhu’ di hadapan siapa pun. Khusyu’ dan tenang manakala beribadah. Ia menyayangi setiap orang seperti ia menyayangi diri sendiri. Arif dan bijaksana dalam memutuskan sesuatu. Ia segera menyambung hubungan yang sempat terputus. Ia maafkan orang yang berbuat dholim kepadanya. Aib dan kekurang orang tak pernah ia buka di muka umum. Introspeksi diri untuk memperbaiki diri selalu ia lakukan. Ia benci dan cinta karena Allah. Susah senang ia terima dengan lapang dada. Sabar ketika di timpa musiab. Ia mendahulukan keramahan dari pada kemarahan. Hatinya berontak jika ada hewan yang teraniaya. Begitu besar kasih sayangnya terhadap makhluk ciptaan Allah.

Tidak hanya kepada manusia, hewan, dan makhluk yang lain saja ia berakhlak mulia, tetapi kepada Allah pun ia berusaha beribadah dengan berhias akhlak karimah. Ia pilih baju yang terbaik untuk menghadap kepada-Nya. Ia hayati dan tenggelam dalam beribadah saat berdialog dengan Allah. Hati dan pikirannya disimpuhkan kepada Zat Yang Maha Agung. Ia hindari sifat suka mengeluh, mencela, dan menghina. Ia lalui alur kehidupannya dengan rasa malu, karena terus Allah mengawasi dirinya. Sungguh bahagia orang yang dapat menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Tidak dapat berhias dengan akhlak yang mulia, kecuali orang yang mengenal (ma’rifat) kepada Allah. Allah bersama dengan orang yang memiliki akhlak mulia. Kesempurnaan akhlak terletak pada kejernihan hati yang tertata indah. Semakin bersih hatinya, semakin sempurna akhlaknya. Baik hati, maka baik akhlaknya. Buruk hati, maka buruk akhlaknya. Keluhuran dan kemuliaan akhlak yang tidak bersumber dari hati yang bersih adalah keluhuran dan kemuliaan yang bertendensi dan berpura-pura. Keluhuran dan kemuliaan akhlak yang hakiki adalah keluhuran dan kemuliaan yang bersumber dari hati yang tunduk pada Allah. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Karena itu, siapa yang ingin berhias diri dengan akhlak mulia, maka hendaknya ia meneladani akhlak Rasulullah saw. Firman Allah SWT dalam surat al-ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوْا اللهَ
وَ الْيَوْمَ الأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا.
“Sungguh pada diri Rasulullah saw itu terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu, (yaitu) bagi siapa yang mengharap (rahmat) Allah dan (kebahagiaan)
hari kiyamat dan ia banyak menyebut Allah.”
(QS. Al-Ahzab:21)
Ayat ini menjelaskan bahwa pada diri Rasulullah saw terdapat suritauladan yang baik bagi orang-orang yang ingin mendapat rahmat Allah dan kebahagiaan di ahirat nanti. Karena itu, ia selalu banyak mengingat Allah dalam hidupnya. Ahirnya, kita bermohon kepada Allah SWT, semoga Dia berkenan menitipkan kepada kita hati yang bersih, lembut, tertata indah, tulus, tawadhu’, syukur, dan sabar, sehingga dengan hati yang bersih itu kita dilengkapi oleh Allah kesempurnaan akhlak dengan akhlak karimah. Amin.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Media Umat - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger