Home » » Pendidikan dan Pengajaran ala Gontor

Pendidikan dan Pengajaran ala Gontor

Written By Nazeeh Masyhudi on Kamis, 23 Februari 2012 | Kamis, Februari 23, 2012


Ajaran Gontor:
Pendidikan dan Pengajaran
Oleh: H. Masyhudi Subari, M.A.

Ada satu hal yang patut untuk diakui bahwa Pondok Modern Darus salam Gontor merupakan balai pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah usahanya untuk eksist dan diakui sebagai anak zaman. Bahkan, Pondok Modern Darussalam Gontor dapat dicatat sebagai pioner bagi pembaharu pendidikan pesantren di Indonesia. Menariknya adalah usaha itu dilakukan dengan cara sintesa dari berbagai perguruan tinggi kenamaan di Asia dan Afrika. Tak kurang Universitas Al Azhar (Mesir) yang tampil sebagai kubu pertahanan Islam, wakaf dan usaha pertanian yang luas dan abadi, Universitas Syanggit (Afrika Utara) dengan sistem beasiswanya, Universitas Aligargh (India) yang berusaha tak kenal lelah dengan modernisasinya, dan Shantini ketan (Tagore, India) dengan kebersahajaan atau kesederhanaannya, kekeluarga an, dan kedamaiannya, telah membangkitkan Trimurti untuk ‘membentuk’ masa depan anak-anak bangsanya melalui pendidikan

Dalam konteks Pondok Modern Gontor, modern berarti ‘melampui’ keadaan pesantren dan segala penggambarannya tentang dunia pendidikan ‘Islam’ tersebut pada zamannya. Para pendiri balai pendidikan ini jelas mencita-cita kan sebuah modernisasi pemikiran dan masyarakat Islam. Pondok Modern Gontor dinyata kan berdirinya pada saat bangsa Indonesia masih berada dalam cengkeraman penjajahan Belanda, dimana pendidikan untuk rakyat sangat tidak memadai bagi penciptaan kualitas manusia yang memiliki harkat dan martabat serta berkebudayaan dan berperadaban.

Dalam hal pendidikan dan pengajaran Pondok Modern Gontor memiliki corak khusus yang merupakan modifikasi dari madrasi dan pesantren atau lebih jelasnya sistem pengajaran madrasah dengan sistem pendidikan pondok pesantren. Di ‘Gontor’ telah lama ditinggalkan sistem weton dan sorogan untuk digantikan dengan sistem klasikal yang berjenjang. Balai Pendidikan Pondok Modern ini didirikan dengan pola boarding school dan day-school system —yang memang telah dicita-citakan sejak awal berdirinya, suatu bentuk sistem yang banyak dijumpai di Eropa— yang dalam kesehariannya menerapkan penggunaan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa ‘resmi’nya serta open managemenat dalam pengelolaanya.
Main idea yang dapat digaris bawahi dari pembahasan Pondok Gontor adalah bahwa balai pendidikan Islam ini merupakan sebuah lembaga pendidikan yang muncul sebagai output dari sebuah proses ‘percobaan’ pemba haruan di bidang pendidikan dan pembaharuan kemasyarakatan, khususnya pesantren. Dengan demikian, sebenarnya terlalu tergesa-gesa untuk menun jukan hasil yang telah dicapai oleh proses eksperimentasi tersebut. Namun demikian, para tokoh sentral Pondok Modern Darussalam Gontor, jelas telah memperhitungkan berbagai cara untuk menetralisir pergolakan yang mungkin bakal terjadi, sebagaimana yang tertuang dalam tujuan, azas pendidi kan dan pengajaran, serta ide-ide sintesa yang mengilhaminya untuk mendiri kan Balai Pendidikan Pondok Modern ini. Agaknya, pola pikir yang progresif, prospektif, futuristik, disertai kapabilitas perencanaan pendidikan yang matang mendahu lui masyarakat dan zamanya, menghindari interest group, adalah tun tutan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Akhirul kalam, pendidikan secara ideal memang harus disadari sebagai usaha untuk membantu ‘menciptakan’ manusia yang dewasa dan matang yang pada saatnya nanti dengan sadar dan merdeka mau dan mampu berdedikasi kepada masyarakatnya. Ini bukan berarti dalam pendidikan, anak didik ditempa untuk menjadi ‘alat yang berguna’ bagi masyarakat. Adalah salah jika pendidikan hanya mementingkan kepentingan masyarakat semata-mata. Pendi dikan secara ideal merupakan alat bantu yang membantu manusia ‘muda’ agar ber kemampuan untuk mengolah seluruh kemampuannya sehingga bisa mencapai tinggat kematangan pribadi serta menemukan jati dirinya yaitu sebagai insan kamil. Di tengah-tengah percaturan dan pergumulan pencarian identitas pendidikan nasional, jika pendidikan dipahami sebagai segala upaya masya rakat untuk meneruskan dan menyediakan pengetahuan dan ketram pilan, sikap dan pola tingkah laku demi kelangsungan ataupun perubahan masyarakat dengan menawarkan kesempatan yang sebaik-baiknya kepada semua orang demi perkembangan manusia seutuhnya yang demokratis dan mandiri, Balai Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor, dengan segala kelebihan dan keterbatasannya, barangkali memungkinkan untuk dapat diharapkan men jadi salahsatu model alternatif pendidikan masa depan. Tantangan demi tan tangan nampaknya akan selalu datang silih berganti dan bahkan mungkin akan semakin komplek. Penggarapan yang satu tidak bisa dilepaskan begitu saja dari penanggulangan yang lain. Tentu ini sebenarnya perlu dipersoalkan selama pembinanya sendiri berdiri dari sisi pandang kemasyarakatan di mana terjadi kehidupan yang cepat berubah dan semakin maju semakin modern.

Ada satu hal yang perlu dicamkan dalam setiap sanubari adalah kenyataan bahwa tantangan itu telah diperhitungkan kemungkinan cara menetralisir, seperti yang telah dituangkan dalam tujuan, azas pendidikan dan pengajaran serta ide-ide sintesa yang mengilhami didirikannya Balai Pendidikan Pondok Modern ini. Dari sisi ini jelas diperlukan pola pikir yang prospektif dan progresif disertai kemampuan mengadakan perencanaan pendidikan yang matang dan dalam banyak hal mendahului masyarakat dan jamannya. Kenyataan ini memberikan rangsangan tidak saja kepada pendiri pesantren ini, tetapi ter utama justru seharusnya kepada generasi penerus dan pembinanya dengan kesadaran interestgroup yang berkepentingan dalam kelangsungan perkembang an Pondok Modern Darussalam Gontor.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Media Umat - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger