Home » » Tafsir Surat Al Fatihah 1 - 7 (konsep kekinian)

Tafsir Surat Al Fatihah 1 - 7 (konsep kekinian)

Written By Nazeeh Masyhudi on Selasa, 13 Maret 2012 | Selasa, Maret 13, 2012

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (١)الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢)الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٣)مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (٤)إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (٥)اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦)صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (٧)
  1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1].
  2. Segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam[3].
  3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
  4. Yang menguasai[4] di hari Pembalasan[5].
  5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan[7].
  6. Tunjukilah[8] Kami jalan yang lurus,
  7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[9]

            K.H. S Ysasir Ali menjelaskan dalam kajiannya mengenai konteks kekinian ayat dan surat Al Fatihah, yaitu;

Tafsir dalam konteks sejarah dan dalam konteks ayat dan surat di atas sebenarnya tetap relevan dan signifikan dengan tafsir dalam konteks kekinian, karena Al Fatihah merupakan intisari Al Quran petunjuk bagi umat manusia untuk sepanjang zaman di mana saja ia berada. Signifikasi hidayah Al Fatihah dewasa ini terutama sebagai surat permohonan (sûratud-du’â’) dibagi menjadi dua bagian yang saling berhubungan. Rasulullah saw. bersabda:

“Tidaklah pernah Tuhan menurunkan sebuah kitab seperti Al Fatihah yang tujuh ayatnya ini, baik dalam Injil maupun dalam Taurat, dan Allah Ta’ala berfirman bahwa surat ini terbagi antara Aku dan hamba-hamba-Ku dan mereka yang berdoa serta mengamalkan isi surat itu pastilah Kuterima dan Kuwujudkan kehendak mereka” (H. R. Nasa’i dari Ubay bin Ka’ab r.a.).

Riwayat Hadist di atas menerangkan bahwasannya di dalam surat Al Fatihah terdapat 2 pembagian, yaitu bagian mengenai Tuhan dan mengenai hubungan Insan terhadap Tuhan yang mana saling saling berhubungan secara individual maupun kolektif. Dua pembagian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut;

Mengenai Tuhan

Mengenai hubungan Insan terhadap Tuhan
Alhamdu lillâhi

Iyyâka na’budu
Rabbil ‘âlamîn

Iyyâka nasta’în
Arrahmâni

Ihdinashshirâtal mustaqîm
Arrahîmi

Shirâtalladzîna an’amta ‘alaihim
Mâliki yaumiddîn

Ghairil-maghdhûbi ‘alaihim waladhdhâllîn

           Rumusan tersebut di atas merupakan bukti kesinambungan antara hubungan Tuhan dengan Insan yang terjalin satu sama lain. Insan yang memohon kepada Tuhan, Tuhan yang mengabulkan permohonan. Maka, rumusan diatas dapat kita artikan;

“Ya Allah ya Tuhan kami, segala puji bagi Mu atas segala nikmat hidup dan nafas yang Engkau berikan. Maka, hanya kepadamu ya Allah kami beribadah dan menyembah sebagai rasa syukur kami kepada Mu atas nikmat-nikmat Mu.”

“Ya Allah, Engkau yang telah menciptakan semesta alam dan menjadikan isinya, yang memiliki hak atas ciptaan-ciptaannya. dan kepada Mu lah kami memohon perlindungan dari mara bahaya, dari segala kehancuran yang menyisakan kesesatan, dan perlindungan-Mu untuk dapat menyelesaikan segala urusan kami yang tidak dapat kami selesaikan sendiri.”

“Ya Allah, Engkaulah yang Maha Pemurah, yang telah melimpahkan karunia-Mu kepada makhluk-Mu, maka limpahkanlah kepada kami hidayah-Mu berupa jalan lurus yang Engkau ridloi, yaitu petunjuk ke suatu jalan yang benar juga jalan yang Engkau beri Taufik.”

“Ya Allah, Engkaulahh yang Maha Penyayang, Engkau yang Maha Ramah yang selalu melimpahkan rahmat-Mu pada kami. Kehendakilah kami dengan jalan-Mu yang Engkau ridloi yang juga telah Engkau beri nikmat kepada mereka.”

“Ya Allah, Engkaulah Penguasa apa yang ada di atas bumi dan langit, Engkaulah Raja yang berkuasa yang memberikan balasan amalan kami pada hari pembalasan (Yaumul Qiyamah), maka perbaikilah amalan-amalan kami Ya Allah, dan jauhkanlah kami dari jalan yang Engkau berikan kepada mereka yang sesat di jalan-Mu yang tidak Engkau ridloi.”


Referensi:
  • Qur’an in word, Api. 
-nazeehkita- 
_______________________________________

[1] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah Senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.

[2] Alhamdu (segala puji). memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berrati: menyanjung-Nya karena perbuatannya yang baik. lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.

[3] Rabb (tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.

[4] Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan mim,ia berarti: pemilik. dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.

[5] Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya.

[6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.

[7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.

[8] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.

[9] Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Media Umat - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger